Belajar GOBLOK ala BOB SADINO
Sumber: http://www.bob-sadino.com/siapa-aku/7-belajar-goblok-ala-bob-sadino.html
Siapa yang tak kenal Bob Sadino? Ia enterpreneur sejati. Gayanya nyentrik, pola pikirnya unik dan cenderung terbalik. Keluar dari pakem teori dan buku teks ekonomi. Tapi, bisnisnya sukses. Pengusaha kawakan dengan ciri khasnya celana pendek dan kemeja itu, tiba ke Batam menyebarkan pengalaman dan berguru goblok dengan pengusaha muda Batam. Apa maksudnya?
PEBISNIS yang biasa baca buku marketing, manajemen, dan makan sekolahan, dibikin galau Bob Sadino, pengusaha yang populer dengan Kem Chicks-nya ini. ’’Hidup saya tanpa planning dan tanpa target. Buku-buku di sekolah sudah meracuni pikiran Anda. Padahal, isu itu sudah bau dan jadi sampah. Sekolah menghasilkan orang untuk bekerja, tapi bukan memberi peluang kerja bagi orang lain,” katanya. Nah, galau kan?
Lelaki yang sudah berbisnis selama 36 tahun dan biasa disapa Om Bob ini bercerita, ia berani keluar dari kemapanan bekerja di Jakarta Lyod, jadi pengangguran, jadi kuli bangunan dan supir taksi. Ia kemudian berkirim surat ke teman-temannya di Belanda, biar dikirimi ayam petelur. Saat itu, orang tidak biasa mengkonsumsi telur. Jadilah ia peternak ayam broiler dan menjual telur ayam. ’’Sayalah orang pertama yang mengenalkan telur kepada bangsa Indonesia ini,” katanya.
Namun, jalan hidup Bob tidak semudah membalik telapak tangan. Ia menjual telur ke tetangga. Telurnya tidak laris lantaran warga Kemang tak biasa makan telur yang besar-besar itu, tapi telur ayam kampung. Beruntung, beberapa bule menyukainya. Permintaan pun bertambah. Tidak hanya telur, merica, garam dan belakangan berkembang ke bisnis daging olahan mirip sosi
Bob Sadino yang pertama kali mengenalkan menanam sayuran tanpa tanah alias hidroponik. Padahal, ketika itu tidak pasarnya. Tapi, kegigihan seorang Bob Sadino, ia membuat pasarnya. Beberapa tahun kemudian, ia malah mengekspor terung ke Jepang. Bob mengaku, ia tidak pernah berencana mau jadi apa. ’’Rencananya hanya buat orang pinter, saya bersyukur saya goblok. Kalau saya pintar, saya akan mirip Anda,” katanya, disambut tawa penerima seminar di Hotel Godway, Rabu (16/5) malam.
Kalau pengusaha atau orang dagang cari untung, Bob Sadino mengaku mencari rugi. Lantaran goblok, ia tidak tidak hitung-hitungan dan membebani dirinya macam-macam. ’’Biasanya orang dagang cari untung dan rugi peluangnya sama saja. Jadi, kalau cari rugi, terus kalau untung waduh, senang banget,” ujarnya.
’’Silakan cari kegagalan, cari hambatan Anda. Saya mengalami segunung kegagalan, hambatan dan keringat hambar dan air mata darah. Tapi, saya berguru dari kegagalan dan mencari jalan keluarnya. Kegagalan yaitu anugrah. Lalu, apa di balik kegagalan. Sukses yaitu titik kecil di atas segunung kegagalan,” papar Bob yang membuat penerima seminar terpana.
Bob Sadino senang dengan apa yang dilakukannya. Ia berani mengambil risiko dan membuat pasar. ’’Saya mengambil risiko sebesar-besarnya, alasannya yaitu orang yang mengambil risiko kecil, karenanya juga kecil. Kalau orang memperkecil risiko, ia jadi bebas dong. Risiko sanggup jadi apa saja. Kewajiban saya mengubah risiko jadi duit,” ujar Bob Sadino, dengan santainya.
Meski awalnya sulit dipahami, penerima seminar yang galau dan tidak terima dikatai goblok, lama-lama sanggup mencerna jalan pikiran nyeleneh Bob Sadino. Sebagai pengusaha sukses, ia sudah hingga pada tahap financial independent, sehingga ia bebas mau beli apa saja dan mau pergi ke mana saja. ’’Duitnya sih, pas-pasan. Kalau mau beli Jaguar, pas duitnya ada,” katanya, terkekeh.
Karena merasa dirinya goblok, Bob tidak berpikir secara runtun, tapi mengalir begitu saja. Orang goblok juga akan lebih percaya pada orang lain yang lebih arif dari dirinya. Kalau gagal, orang goblok tidak merasa gagal, tapi sedang berguru jadi lebih pintar. Akhirnya, orang goblok sanggup jadi bosnya orang pintar-pintar. Kini, Bob mempunyai 1.600 karyawan yang beliau sebut anak-anaknya.
Sementara, orang arif menghitung sesuatu nyelimet dan usahanya nggak jalan-jalan, lantaran dibebani planning yang belum tentu berhasil. Orang arif juga tidak percaya orang lain sehingga semua dikerjakannya sendiri. Ia mencontohkan ketika salah seorang karyawannya menurunkan harga kangkung di supermarketnya dari semula harganya Rp6.000 menjadi Rp400 saja. Eh, ternyata malah tidak laku.
Selidik punya selidik, ternyata langganannya protes, kok harga kangkungnya murah, padahal biasanya mahal. ’’Akhirnya, harga kangkung itu saya naikkan lagi. Pelanggan saya bilang, kangkung yang saya jual rasanya lain. Mungkin lantaran mahal, sehingga setiap sendok kangkung yang masuk ke mulutnya rahasia dihitungnya, Rp6.000, jadi beliau nikmati. Lha, kalau begini, siapa bahwasanya yang goblok?” papar Bob terbahak-bahak.
Namun, bagi pembeli ada nilai psikologis yang membuat pembeli merasa berbeda bila mengkonsumsi kangkung mahal daripada kangkung murah. Ini cuilan dari trik marketing. Ia pun menyebarkan tips, bahwa untuk menjadi seorang marketing yang baik, maka seseorang harus menjual dirinya sendiri (sale for your self), sebelum menjual produknya. Sebuah filosofi, bahwa bagaimana seseorang menjadi marketing yang baik, kalau ia sendiri tidak dikenal orang.
Di balik kekonyolannya, Bob Sadino memperlihatkan beberapa resep menjadi pengusaha. Antara lain, berpikir bebas dan tanpa beban. Memiliki tekad dan keinginan yang berpengaruh menjadi pengusaha, alasannya yaitu kemauan yaitu menyerupai bensin dan motor, keberanian mengambil peluang, tahan banting dan bersyukur sanggup berbuat untuk orang lain.
Bob Sadino berpesan, jangan takut dan jangan terlalu berharap. Sebab, makin tinggi harapan, makin tinggi tingkat kekecewaan. ’’Lepaskan belenggu dalam pikiran Anda sendiri. Ada berjuta peluang di sekeliling Anda,” katanya.
Dalam berbisnis, juga jangan terlalu memikirkan sukses. Kalau terlalu banyak memikirkan sukses, kata Om Bob, bekerja niscaya dalam tekanan, tidak rileks sehingga hasil kerja tidak akan bagus. ’’Santai saja, hilangkan semua beban, ingat sandaran itu tadi, kemauan, komitmen, keberanian mengambil peluang, pantang mengalah dan selalu berguru pada yang lebih arif serta selalu bersyukur,” ujar Om Bob, mengingatkan.
Satu hal yang menarik, orang-orang yang ia gunakan dalam membantu usahanya, bukanlah mereka yang berasal dari kalangan berpendidikan tinggi, melainkan dari anak jalanan. Berawal dari satu anak jalanan, bertambah dua, tiga hingga ketika ini mencapai 1.500 orang anak. Bob juga mengaku bukan orang yang berpendidikan tinggi. Ia hanya tamatan SMA. Ia tak pernah sekolah tinggi. Baginya, di sekolah orang membaca buku, buku sifatnya isu yang telah terjadi yang tak ubahnya roti anyir alias sampah. Jadi, orang yang sekolah tinggi-tinggi, isinya hanya sampah. Terkecuali sampah itu diolah menjadi pupuk yang subur.
Bob Sadino juga tidak oke dengan istilah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang digembar-gemborkan pemerintah. Apa pasal? ’’Mestinya bukan UKM, tapi UBB atau Usaha Bakal Besar sehingga kita tetap optimis dan berusaha membesarkan bisnis kita,” katanya.
Tak terasa, dua jam berlalu bersama Bob Sadino. Namun, pertanyaan menggelitik soal penampilannya yang senang bercelana pendek, terlontar juga dari penerima seminar. Apa tanggapan Bob? ’’Tidak penting celana pendeknya, yang penting, apa di balik celana pendek itu,” ujar Om Bob yang disambut gelak tawa.
Di balik perilaku nyentrik dan nyeleneh Bob Sadino, ia berhasil membangun bisnisnya selama puluhan tahun. Dan, ia sanggup duduk santai dengan beberapa presiden sambil ngobrol ngalor ngidul. Yang jelas, penerima seminar yang umumnya pelaku bisnis merasa menerima pengalaman dan pencerahan yang luar biasa.
Sayangnya, nyaris tidak ada pengusaha kelas kakap yang tertarik bincang bisnis Bob Sadino yang disponsori Telkomsel itu. Mungkin khawatir dicap goblok. Jadi, mau arif atau goblok ala Bob Sadino? Terserah Anda.
0 Response to "Belajar Goblok Ala Bob Sadino"