Batu Caves, Genting Highlands, Menara Kembar Petronas: Mengenal Budaya Malaysia, Mengenal Jati Diri
Oleh: Muh Zuhri-Delegasi P4TK Bahasa Kemdikbud RI
Mentari serlah ceria sinaran,
Nyanyi burung riang bersama;
Cuti sekolah ambil kesempatan,
Bercuti rehat bersama keluarga.
Nyanyi burung riang bersama;
Cuti sekolah ambil kesempatan,
Bercuti rehat bersama keluarga.
(Jom Jalan-Jalan Jom Cari Makan)
Di sana padi di sini padi,
Baru berjulukan sawah dan bendang;
Di sana akal di sini budi,
Baru tepat berjulukan orang.
Baru berjulukan sawah dan bendang;
Di sana akal di sini budi,
Baru tepat berjulukan orang.
(Koleksi Pantun Melayu)
Menjadi salah satu pendidik yang dikirim untuk mengikuti pembinaan HOTS dan Literasi di University of Malaysia tanggal 2 s.d. 22 Maret 2019 merupakan kesempatan yang sangat berharga.
Hari Sabtu dan Minggu tidak ada sesi pelatihan, tetapi ada kiprah menyusun jurnal individu. Hari Sabtu, 9 Maret 2019 aku dan teman-teman delegesai P4TK Bahasa Kemdikbud RI memakai kesempatan untuk mengunjungi tiga tempat wisata di Malaysia yang bisa jadi merupakan representasi tiga Budaya terbesar di Malaysia (Melayu, Tionghoa, dan India).
Perjalanan ketiga tempat tersebut menunjukkan kesempatan kepada aku dan teman-teman untuk lebih mengenal budaya Malaysia sekaligus merefleksi diri untuk mengenal jati diri.
Budaya Malaysia
Budaya Malaysia merujuk kepada kebudayaan semua masyarakat beragam yang terdapat di Malaysia dan berbagai suku di sana, seperti:
- Kebudayaan Melayu
- Kebudayaan Tionghoa
- Kebudayaan India
- Kebudayaan Kadazan-Dusun
- Kebudayaan Dayak, Iban, Kayan, Kenyah, Murut, Lun Bawang, Kelabit, dan Bidayuh.
Malaysia yaitu masyarakat multi-suku, multi-budaya, dan multi-bahasa. Penduduk pada Februari 2007 yaitu 26,6 juta terdiri dari 62% Bumiputera (termasuk Melayu), 24% Tionghoa, 8% India, dengan sedikit minoritas dan suku orisinil (Departemen Statistik Malaysia).
Suku Melayu, kelompok terbesar, didefinisi sebagai Muslim di dalam Konstitusi Malaysia. Suku Melayu memainkan kiprah lebih banyak didominasi secara politis dan digolongkan sebagai salah satu bumiputra. Bahasa aslinya yaitu Bahasa Melayu, dan dijadikan bahasa nasional Malaysia.
Kaum Tionghoa di Malaysia umumnya menganut Buddha (dari sekte Mahayana) atau juga menganut Tao. Tionghoa di Malaysia bisa berbicara di dalam beberapa dialek bahasa Tionghoa, termasuk Mandarin, Hokkien, Kanton, Hakka, dan Teochew. Majoritas Tionghoa di Malaysia, terkhusus mereka dari kota-kota besar semisal Kuala Lumpur, Petaling Jaya, dan Penang bisa berbahasa Inggris pula.
Suku India-Malaysia utamanya Tamil Hindu dari India selatan yang bahasa aslinya yaitu bahasa Tamil, juga ada komunitas India yang berbahasa Telugu, Malayalam, dan Hindi, menetap terutama di kota-kota besar di pesisir barat semenanjung. Banyak kalangan India menengah-atas di Malaysia juga berbahasa Inggris sebagai bahasa ibu. Sejumlah komunitas Tamil Muslim dengan 200.000 jiwa juga tumbuh sebagai kelompok sub-budaya yang mandiri. Juga terdapat komunitas Tamil Nasrani di kota-kota besar. Juga ada komunitas Sikh di Malaysia melebihi 83.000 jiwa. Sebagian besar India-Malaysia mulanya bermigrasi dari India sebagai pedagang, guru, atau tenaga andal lainnya. Sejumlah besar juga belahan dari kaum migran paksaan dari India oleh pihak Britania semasa zaman kolonial untuk bekerja di industri penanaman.
B. Tiga Tujuan Wisata: Batu Caves, Genting Highlands, Menara Kembar Petronas
1. Batu Caves
Batu Caves. Batu Caves (Indonesia: Gua Batu), yaitu sebuah bukit kapur, yang mempunyai serangkaian gua dan kuil gua, terletak 13 kilo meter utara Kota Kuala Lumpur.
Di daerah Batu Caves terdapat Patung Dewa Murugan. Berdiri setinggi 42.7 m (140 ft), patung Murugan merupakan patung Dewa Hindu tertinggi di dunia.
Di sebelah kiri daerah Batu Caves terdapat rangkain kuil yang dipergunakan sebagai tempat ibadah umat Hindu setempat. Sementara Kuil Sri Maharamian dan Kuil Dewa Murugan terletak di puncak.
2. Genting Highlands
Genting Highlands atau Tanah Tinggi Genting yang berada di ketinggian 2000 m di atas permukaan bahari yaitu puncak gunung dari pegunungan Titiwangsa di Malaysia serta menjadi tempat resort populer dengan nama yang sama. Berada di perbatasan negara belahan Pahang dan Selangor, tempat ini sanggup dicapai dengan satu jam berkendara roda empat dari Kuala Lumpur atau melalui kereta gantung Genting Skyway yang ketika ini merupakan yang tercepat di dunia dan terpanjang di Asia Tenggara.
Genting Highlands didirikan oleh Lim Goh Tong dari Fujian, Cina pada awal tahun 1960-an. Sejak itu, Genting Highlands berkembang pesat dan menghasilkan perusahaan-perusahaan lainnya di bawah Genting Bhd, menyerupai perusahaan kertas, stasiun pembangkit tenaga listrik, perusahaan perkebunan, perumahan, perusahaan minyak, kapal pesiar, dll.
Dikenal sebagai Las Vegas-nya Malaysia, tempat ini merupakan satu-satunya tempat berjudi daratan yang legal di Malaysia serta dioperasikan oleh Resorts World Bhd, anak perusahaan Genting Group atau Genting Bhd. Resort ini juga mempunyai beberapa hotel yaitu Hotel Genting, Hotel Highlands, Hotel Resort, Hotel Theme Park, Awana Genting, dan Hotel First World. Hotel First World mempunyai 7315 kamar, menjadikannya hotel terbesar pertama di dunia ketika ini. Fasilitas lainnya ini yaitu theme park, lapangan golf, mall perbelanjaan, simulator sky diving, hall konser dan masih banyak lagi.
3. Menara Kembar Petronas
Menara Petronas atau Menara Kembar Petronas (bahasa Melayu: 'Menara Berkembar Petronas') di Kuala Lumpur, Malaysia yaitu sepasang menara kembar yang pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia pada tahun 1998—2004, sebelum dilampaui oleh Burj Khalifa dan Taipei 101. Namun, kedua menara ini masih merupakan pencakar langit kembar tertinggi di dunia pada kurun ke-20. Menara Kembar Petronas memegang gelar sebagai bangunan tertinggi dari tahun 1998 hingga 2004 berdasarkan pengukuran dari lantai pintu masuk utama hingga struktur atas, berdasarkan referensi ketinggian orisinil bangunan yang dipakai oleh organisasi internasional Dewan Bangunan Tinggi dan Habitat Urban semenjak tahun 1969 (tiga kategori ketinggian perhiasan diperkenalkan ketika menara ini hampir diselesaikan pada tahun 1996).
C. Refleksi Diri
Di manapun kita berada, keberagaman akan selalu ada. Berbagai ragam budaya, banyak sekali agama, ras, dan banyak sekali perbedaan lainnya selalu ada di sekeliling kita. Kita harusnya hidup saling menghargai dan menghormati. Kebanggaan pada diri seharusnya tidak berlebihan, dilarang merendahkan kepada yang lain.
Kita harus mengedepankan toleransi, kasih sayang, dan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Jika kita bisa melaksanakan hal-hal tersebut, hidup akan hening dan membahagiakan untuk semua orang.
0 Response to "Batu Caves, Genting Highlands, Menara Kembar Petronas: Mengenal Budaya Malaysia, Mengenal Jati Diri"