Hadits Pertama.
Dari Anas bin Malik berkata: “Rasulullah saw bersabda: ‘mencari ilmu itu wajib atas setiap orang Muslim” (HR. Ibnu Majah)
Hadis yang diriwayatkan pertama kali oleh Anas bin Malik salah seorang sobat terdekat Rasulullah Saw ini sanggup dijumpai di banyak kitab Hadis, antara lain di Sunan Ibn Majah salah satu diantara enam kitab Hadis (al-Kutub al-Sittah) yang paling mu’tabar (paling diakui dan dijadikan referensi). Selain Anas bin Malik, sobat Rasulullah Saw yang juga meriwayatkan hadis ini yaitu Abu Said al-Khudri sebagaimana disebutkan dalam kitab Musnad al-Syihab karya Muhammad bin Salamah bin Ja’far. Karena banyaknya kitab yang mencantumkan hadis ini, maka hadis inipun sangat sering dikutip dalam karya-karya ilmiah, buku-buku maupun goresan pena popular serta seminar dan ceramahceramah.
Namun demikian Ibn Majah sendiri menganggap hadis ini termasuk hadis dla’if (lemah, tidak sahih). Kelemahan hadis ini terletak pada seorang rawinya yang ada pada rangkaian sanad yaitu Hafash bin Sulaiman yang dinilai tidak tsiqah oleh Yahya bin Ma’in dan dikatakan matruk oleh Ahmad bin Hanbal dan Bukhary. Makara evaluasi bahwa hadis ini lemah yaitu didasarkan pada kelemahan diri seorang perawinya.
Meskipun hadis di atas dla’if dari sisi perawi, akan tetapi kandungan matn-nya sejalan dengan pedoman al-Qur’an yang memerintahkan kaum Muslimin menggali pengetahuan, antara lain surat al-Taubah ayat 122, dan surat al-‘Alaq ayat 1-5. Artinya, hadis ini mengandung pedoman untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan yang baik yang disebut fadla’ilul a’mal. Hadis yang mengandung pedoman fadla’ilul a’mal ini, meskipun kualitasnya dla’if, berdasarkan para ulama hadis boleh dijadikan dasar perbuatan. Pendapat serupa ini antara lain dikemukakan oleh Ahmad bin Hanbal.
Perintah mencari ilmu ini, betul-betul diperhatikan oleh kaum Muslimin sehingga semenjak awal perkembangan peradaban Islam aktifitas berguru dan mengajar sangat intensif dilakukan. Beberapa sobat dikirim oleh Rasulullah ke aneka macam sempurna menyerupai Yaman, Syam, dan Mesir untuk menawarkan pengajaran. Setelah itu, di masa tabiin banyak pencari ilmu yang melaksanakan rihlah ilmiyah yakni perjalanan ke aneka macam kota dan negeri untuk mencari ilmu.
Rihlah ilmiyah dilakukan alasannya yaitu kebanyakan pelajar Islam tidak puas dengan pengetahuan yang diperoleh dari berguru kepada sedikit guru. Karena itu mereka tidak segan-segan melaksanakan perjalanan jauh untuk berguru pada guru di kota-kota yang mereka tuju. Dengan aktifitas rihlah ilmiyah ini, pendidikan Islam di masa klasiktidak hanya dibatasi dinding ruang belajar, akan tetapi Pendidikan Islam memberi kebebasan kepada murid-murid untuk berguru kepada guru-guru yang mereka kehendaki. Selain murid-murid, guru-guru juga melaksanakan perjalanan dan berpindah dari satu kota ke kota lain untuk mengajar sekaligus belajar. Dengan demikian aktifitas rihlah ilmiyah mendorong lahirnya learning society (masyarakat belajar).
Hadits Kedua.
Dari Abu Ad Darda kemudian berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mengiringinya berjalan menuju surga. Sungguh, para malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang akil sungguh akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi sampai ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding jago ibadah menyerupai keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama yaitu pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bab yang banyak." (HR. Abu Dawud)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Dari Anas bin Malik berkata: “Rasulullah saw bersabda: ‘mencari ilmu itu wajib atas setiap orang Muslim” (HR. Ibnu Majah)
Hadis yang diriwayatkan pertama kali oleh Anas bin Malik salah seorang sobat terdekat Rasulullah Saw ini sanggup dijumpai di banyak kitab Hadis, antara lain di Sunan Ibn Majah salah satu diantara enam kitab Hadis (al-Kutub al-Sittah) yang paling mu’tabar (paling diakui dan dijadikan referensi). Selain Anas bin Malik, sobat Rasulullah Saw yang juga meriwayatkan hadis ini yaitu Abu Said al-Khudri sebagaimana disebutkan dalam kitab Musnad al-Syihab karya Muhammad bin Salamah bin Ja’far. Karena banyaknya kitab yang mencantumkan hadis ini, maka hadis inipun sangat sering dikutip dalam karya-karya ilmiah, buku-buku maupun goresan pena popular serta seminar dan ceramahceramah.
Namun demikian Ibn Majah sendiri menganggap hadis ini termasuk hadis dla’if (lemah, tidak sahih). Kelemahan hadis ini terletak pada seorang rawinya yang ada pada rangkaian sanad yaitu Hafash bin Sulaiman yang dinilai tidak tsiqah oleh Yahya bin Ma’in dan dikatakan matruk oleh Ahmad bin Hanbal dan Bukhary. Makara evaluasi bahwa hadis ini lemah yaitu didasarkan pada kelemahan diri seorang perawinya.
Meskipun hadis di atas dla’if dari sisi perawi, akan tetapi kandungan matn-nya sejalan dengan pedoman al-Qur’an yang memerintahkan kaum Muslimin menggali pengetahuan, antara lain surat al-Taubah ayat 122, dan surat al-‘Alaq ayat 1-5. Artinya, hadis ini mengandung pedoman untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan yang baik yang disebut fadla’ilul a’mal. Hadis yang mengandung pedoman fadla’ilul a’mal ini, meskipun kualitasnya dla’if, berdasarkan para ulama hadis boleh dijadikan dasar perbuatan. Pendapat serupa ini antara lain dikemukakan oleh Ahmad bin Hanbal.
Perintah mencari ilmu ini, betul-betul diperhatikan oleh kaum Muslimin sehingga semenjak awal perkembangan peradaban Islam aktifitas berguru dan mengajar sangat intensif dilakukan. Beberapa sobat dikirim oleh Rasulullah ke aneka macam sempurna menyerupai Yaman, Syam, dan Mesir untuk menawarkan pengajaran. Setelah itu, di masa tabiin banyak pencari ilmu yang melaksanakan rihlah ilmiyah yakni perjalanan ke aneka macam kota dan negeri untuk mencari ilmu.
Rihlah ilmiyah dilakukan alasannya yaitu kebanyakan pelajar Islam tidak puas dengan pengetahuan yang diperoleh dari berguru kepada sedikit guru. Karena itu mereka tidak segan-segan melaksanakan perjalanan jauh untuk berguru pada guru di kota-kota yang mereka tuju. Dengan aktifitas rihlah ilmiyah ini, pendidikan Islam di masa klasiktidak hanya dibatasi dinding ruang belajar, akan tetapi Pendidikan Islam memberi kebebasan kepada murid-murid untuk berguru kepada guru-guru yang mereka kehendaki. Selain murid-murid, guru-guru juga melaksanakan perjalanan dan berpindah dari satu kota ke kota lain untuk mengajar sekaligus belajar. Dengan demikian aktifitas rihlah ilmiyah mendorong lahirnya learning society (masyarakat belajar).
Hadits Kedua.
قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Dari Abu Ad Darda kemudian berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mengiringinya berjalan menuju surga. Sungguh, para malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang akil sungguh akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi sampai ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding jago ibadah menyerupai keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama yaitu pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bab yang banyak." (HR. Abu Dawud)
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan ihwal hadits ihwal ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumber buku Siswa Hadits Ilmu Hadits Kelas XII MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
0 Response to "Hadits Perihal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi"