Pengertian Berpikir.
Berpikir kritis didefinisikan bermacam-macam oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis ialah “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang dipakai untuk menafsirkan dan mengevaluasi warta dan pengalaman dengan sejumlah perilaku reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.
Definisi wacana berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia memperlihatkan definisi bahwa berpikir kristis ialah “berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan wacana apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. Salah satu contoh kemampuan berpikir kritis ialah kemampuan “membuat ramalan”, yaitu menciptakan prediksi wacana suatu masalah, menyerupai memperkirakan apa yang akan terjadi besok menurut analisis terhadap kondisi yang ada hari ini.
Dalam kamus bersar bahasa Indonesia di jelaskan, bahwa perpikir krtitis itu artinya tajam dalam penganalisaan. Bersifat tidak lekas percaya, dan sifat terlalu berusaha menemukan kelasalahan, kekeliruan atau kekurangan. Orang yang andal memberi kritik atau memperlihatkan pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau salah, sempurna atau keliru, sudah lengkap atau masih kurang disebut seorang kritikus.
Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu di akhirat. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi ialah orang yang pikirannya jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, jikalau kita sudah tahu bahwa kebaikan dan keburukan akan memilih nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita, harus ada pertimbangan logika sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi yang rendah di akhirat. “Berpikir sebelum bertindak”, itulah motto yang harus menjadi contoh orang “cerdas”. Pelajari baik-baik sabda Rasulullah Saw. berikut:
Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi Saw. Beliau bersabda: “Orang yang cerdas ialah orang yang bisa mengintrospeksi dirinya dan suka bersedekah untuk kehidupannya sehabis mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan cita-cita kosong”. (HR. At-Tirmizi dan dia berkata: Hadis Hasan).
Dalam hadits ini Rasulullah Saw menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas ialah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupan infinit yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat. Orang yang tidak meyakini adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal apa pun. Jika indikasi “cerdas” dalam pandangan Rasulullah Saw ialah jauhnya orientasi dan visi ke depan (akhirat), maka pandangan-pandangan yang hanya terbatas pada dunia, menjadi menandakan tindakan “bodoh” atau “jahil” (Arab, kebodohan=jahiliyah).
Bangsa Arab pra Islam dikatakan jahiliyah bukan alasannya ialah tidak bisa baca tulis, tetapi alasannya ialah kelakuannya menyiratkan kebodohan, yaitu menyembah berhala dan melaksanakan kejahatan-kejahatan. Orang “bodoh” tidak pernah takut melaksanakan korupsi, menipu, dan kezaliman lainnya, asalkan sanggup selamat dari jerat aturan di pengadilan dunia.
Jadi, kemaksiatan ialah tindakan “bodoh” alasannya ialah hanya memperhitungkan pengadilan dunia yang gampang direkayasa, sedangkan pengadilan Allah Swt di alam abadi yang tidak ada tawar-menawar malah ”diabaikan”. Orang-orang tersebut dalam hadits di atas dikatakan sebagai orang “lemah”, alasannya ialah tidak bisa melawan nafsunya sendiri. Dengan demikian, orang-orang yang suka bertindak ndeso ialah orang-orang lemah.
Orang yang cerdas juga tahu bahwa selesai hidup bisa tiba kapan saja tanpa diduga. Oleh alasannya ialah itu, ia akan selalu bersegera melaksanakan kebaikan (amal saleh) tanpa menunda. Rasulullah Saw. bersabda:
Dan dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Bersegeralah kalian bersedekah sebelum datangnya tujuh kasus yaitu: Apa yang kalian tunggu selain kemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang merusak tubuh, atau renta yang melemahkan, atau selesai hidup yang cepat, atau Dajjal, maka ia ialah seburuk buruknya makhluk yang dinantikan, ataukah kiamat, padahal hari selesai zaman itu ialah ketika yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya?” (HR. at-Tirmizi dan dia berkata: Hadis hasan)
Dalam hadits di atas Rasulullah Saw. mengingatkan kita supaya bersegera dan tidak menunda-nunda untuk bersedekah salih. Rasulullah Saw menyebut tujuh macam kejadian yang jelek untuk menyadarkan kita semua,
Pertama, kemiskinan yang menciptakan kita menjadi lalai kepada Allah Swt alasannya ialah sibuk mencari penghidupan (harta).
Kedua, kekayaan yang menciptakan kita menjadi sombong alasannya ialah menganggap semua kekayaan itu alasannya ialah kehebatan kita.
Ketiga, sakit yang sanggup menciptakan ketampanan dan kecantikan kita pudar, atau bahkan cacat.
Keempat, masa renta yang menciptakan kita menjadi lemah atau tak berdaya.
Kelima, selesai hidup yang cepat alasannya ialah usia/umur yang dimilikinya tidak memberi manfaat.
Keenam, datangnya dajjal yang dikatakan sebagai makhluk terburuk alasannya ialah menjadi fitnah bagi manusia.
Ketujuh, hari kiamat, tragedi terdahsyat bagi orang yang mengalaminya.
Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah Saw dalam dua hadits di atas ialah mengumpulkan bekal amal salih sebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca selesai hidup (akhirat), alasannya ialah “dunia daerah menanam dan alam abadi memetik hasil (panen)”. Oleh alasannya ialah itu, jikalau kita ingin memetik hasil di akhirat, jangan lupa bercocok tanam di dunia ini dengan benih-benih yang unggul, yaitu amal salih.
Berpikir kritis didefinisikan bermacam-macam oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis ialah “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang dipakai untuk menafsirkan dan mengevaluasi warta dan pengalaman dengan sejumlah perilaku reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.
Definisi wacana berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia memperlihatkan definisi bahwa berpikir kristis ialah “berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan wacana apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. Salah satu contoh kemampuan berpikir kritis ialah kemampuan “membuat ramalan”, yaitu menciptakan prediksi wacana suatu masalah, menyerupai memperkirakan apa yang akan terjadi besok menurut analisis terhadap kondisi yang ada hari ini.
Dalam kamus bersar bahasa Indonesia di jelaskan, bahwa perpikir krtitis itu artinya tajam dalam penganalisaan. Bersifat tidak lekas percaya, dan sifat terlalu berusaha menemukan kelasalahan, kekeliruan atau kekurangan. Orang yang andal memberi kritik atau memperlihatkan pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau salah, sempurna atau keliru, sudah lengkap atau masih kurang disebut seorang kritikus.
Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu di akhirat. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi ialah orang yang pikirannya jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, jikalau kita sudah tahu bahwa kebaikan dan keburukan akan memilih nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita, harus ada pertimbangan logika sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi yang rendah di akhirat. “Berpikir sebelum bertindak”, itulah motto yang harus menjadi contoh orang “cerdas”. Pelajari baik-baik sabda Rasulullah Saw. berikut:
Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi Saw. Beliau bersabda: “Orang yang cerdas ialah orang yang bisa mengintrospeksi dirinya dan suka bersedekah untuk kehidupannya sehabis mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan cita-cita kosong”. (HR. At-Tirmizi dan dia berkata: Hadis Hasan).
Dalam hadits ini Rasulullah Saw menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas ialah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupan infinit yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu saja, hal itu sangat dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat. Orang yang tidak meyakini adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal apa pun. Jika indikasi “cerdas” dalam pandangan Rasulullah Saw ialah jauhnya orientasi dan visi ke depan (akhirat), maka pandangan-pandangan yang hanya terbatas pada dunia, menjadi menandakan tindakan “bodoh” atau “jahil” (Arab, kebodohan=jahiliyah).
Bangsa Arab pra Islam dikatakan jahiliyah bukan alasannya ialah tidak bisa baca tulis, tetapi alasannya ialah kelakuannya menyiratkan kebodohan, yaitu menyembah berhala dan melaksanakan kejahatan-kejahatan. Orang “bodoh” tidak pernah takut melaksanakan korupsi, menipu, dan kezaliman lainnya, asalkan sanggup selamat dari jerat aturan di pengadilan dunia.
Jadi, kemaksiatan ialah tindakan “bodoh” alasannya ialah hanya memperhitungkan pengadilan dunia yang gampang direkayasa, sedangkan pengadilan Allah Swt di alam abadi yang tidak ada tawar-menawar malah ”diabaikan”. Orang-orang tersebut dalam hadits di atas dikatakan sebagai orang “lemah”, alasannya ialah tidak bisa melawan nafsunya sendiri. Dengan demikian, orang-orang yang suka bertindak ndeso ialah orang-orang lemah.
Orang yang cerdas juga tahu bahwa selesai hidup bisa tiba kapan saja tanpa diduga. Oleh alasannya ialah itu, ia akan selalu bersegera melaksanakan kebaikan (amal saleh) tanpa menunda. Rasulullah Saw. bersabda:
Dan dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Bersegeralah kalian bersedekah sebelum datangnya tujuh kasus yaitu: Apa yang kalian tunggu selain kemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang merusak tubuh, atau renta yang melemahkan, atau selesai hidup yang cepat, atau Dajjal, maka ia ialah seburuk buruknya makhluk yang dinantikan, ataukah kiamat, padahal hari selesai zaman itu ialah ketika yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya?” (HR. at-Tirmizi dan dia berkata: Hadis hasan)
Dalam hadits di atas Rasulullah Saw. mengingatkan kita supaya bersegera dan tidak menunda-nunda untuk bersedekah salih. Rasulullah Saw menyebut tujuh macam kejadian yang jelek untuk menyadarkan kita semua,
Pertama, kemiskinan yang menciptakan kita menjadi lalai kepada Allah Swt alasannya ialah sibuk mencari penghidupan (harta).
Kedua, kekayaan yang menciptakan kita menjadi sombong alasannya ialah menganggap semua kekayaan itu alasannya ialah kehebatan kita.
Ketiga, sakit yang sanggup menciptakan ketampanan dan kecantikan kita pudar, atau bahkan cacat.
Keempat, masa renta yang menciptakan kita menjadi lemah atau tak berdaya.
Kelima, selesai hidup yang cepat alasannya ialah usia/umur yang dimilikinya tidak memberi manfaat.
Keenam, datangnya dajjal yang dikatakan sebagai makhluk terburuk alasannya ialah menjadi fitnah bagi manusia.
Ketujuh, hari kiamat, tragedi terdahsyat bagi orang yang mengalaminya.
Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah Saw dalam dua hadits di atas ialah mengumpulkan bekal amal salih sebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca selesai hidup (akhirat), alasannya ialah “dunia daerah menanam dan alam abadi memetik hasil (panen)”. Oleh alasannya ialah itu, jikalau kita ingin memetik hasil di akhirat, jangan lupa bercocok tanam di dunia ini dengan benih-benih yang unggul, yaitu amal salih.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pengertian berpikir kritis dan hakekat berpikir kritis. Sumber Buku Pendidikan Agama Islam Kelas XII Sekolah Menengah kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
0 Response to "Pengertian Berpikir Kritis Dan Hakekat Berpikir Kritis"