Latest News

Pengertian Aliran Maturidiyah, Iktikad Pedoman Dan Sekte Aliran Maturidiyah

A. Pengertian Aliran Maturidiyah.
Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Nama aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad al-Maturidi. Aliran Maturidiyah ialah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami. Aliran Maturidiyah digolongkan dalam aliran Ahlussunnah wal Jamaah yang bercorak rasional.

Dilihat dari metode berpikir aliran Maturidiyah, berpegang pada keputusan budi pikiran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya kalau hal itu bertentangan dengan syara’, maka budi harus tunduk kepada keputusan syara’. Berdasarkan prinsip pendiri aliran Maturidiyah mengenai penafsiran al-Quran yaitu kewajiban melaksanakan pikiran sehat budi disertai dukungan ayat-ayat dalam penafsiran al-Quran.

B. Doktrin Ajaran.
1. Akal dan Wahyu.
Al-Maturidi dalam pemikiran teologinya menurut pada al-Quran dan akal, budi banyak dipakai diantaranya alasannya dipengaruhi oleh Mazhab Imam Abu Hanifah. Menurut al-Maturidi, mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan sanggup diketahui dengan akal. Jika budi tidak mempunyai kemampuan tersebut, maka tentunya Allah Swt tidak akan memerintahkan insan untuk melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan budi untuk memperoleh iman dan pengetahuan mengenai Allah Swt. Al-Maturidi membagi kaitan sesuatu dengan budi pada tiga macam, yaitu :

1) Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu.
2) Akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan sesuatu itu,
3) Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk wahyu.

2. Perbuatan Manusia.
Perbuatan insan ialah ciptaan Allah Swt, alasannya segala sesuatu dalam wujud ini ialah ciptaan-Nya. Mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Allah Swt mengharuskan insan untuk mempunyai kemampuan untuk berbuat (ikhtiar) semoga kewajiban yang dibebankan kepadanya sanggup dilaksanakan. Dalam hal ini al-Maturidi mempertemukan antara ikhtiar insan dengan qudrat Allah Swt sebagai pencipta perbuatan manusia. Allah Swt mencipta daya (kasb/berusaha) dalam setiap diri insan dan insan bebas memakainya, dengan demikian tidak ada kontradiksi sama sekali antara qudrat Allah Swt dan ikhtiar manusia.

3. Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan.
Penjelasan di atas membuktikan bahwa Allah Swt mempunyai kehendak dalam sesuatu yang baik atau buruk. Tetapi, pernyataan ini tidak berarti bahwa Allah Swt berbuat sekehendak dan sewenang-wenang. Hal ini alasannya qudrat tidak sewenang wenang (absolute), tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan pesan yang tersirat dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya sendiri.

4. Sifat Tuhan.
Tuhan mempunyai sifat-sifat ibarat sama’, bashar, kalam, dan sebagainya. Sifat-sifat Tuhan itu mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah (innaha lam takun ain az-zat wa la hiya ghairuhu).

5. Melihat Tuhan.
Al-Maturidi menyampaikan bahwa insan sanggup melihat Tuhan, hal ini diberitakan dalam. QS. al Qiyamah: 22-23 :

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ . إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya lah mereka melihat."

6. Kalam Tuhan.
Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan abjad dan bersuara dengan kalam nafsi. Kalam nafsi ialah sifat qadīm bagi Allah Swt, sedangkan kalam yang tersusun dari abjad dan bunyi ialah gres (hadis). Kalam nafsi tidak sanggup kita ketahui hakikatnya dari bagaimana Allah Swt bersifat dengannya, kecuali dengan suatu perantara.

7. Perbuatan Tuhan.
Semua yang terjadi atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak Tuhan, kecuali alasannya da pesan yang tersirat dan keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri. Tuhan tidak akan membebankan kewajiban di luar kemampuan manusia, alasannya hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan, dan insan diberikan kebebasan oleh Allah Swt dalam kemampuan dan perbuatannya, eksekusi atau bahaya dan akad terjadi alasannya merupakan tuntutan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.

8. Pengutusan Rasul.
Pengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber informasi, tanpa mengikuti pedoman wahyu yang disampaikan oleh rasul berarti insan telah membebankan sesuatu yang berada di luar kemampuan akalnya.

9. Pelaku Dosa Besar.
Al-Maturidi beropini bahwa pelaku dosa besar tidak kafir dan tidak infinit di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini alasannya Tuhan telah menjanjikan akan menawarkan akibat kepada insan sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam neraka ialah akibat untuk orang musyrik.

10 Iman.
Dalam persoalan iman, aliran Maturidiyah beropini bahwa iman ialah taṣdiq bi al-qalb (membenarkan dalam hati), bukan semata iqrar bi al-lisan (diucapkan dengan lisan).

C. Sekte Aliran Maturidiyah.
1. Sekte Samarkand.
Golongan ini dalah pengikut al-Maturidi sendiri, golongan ini cenderung ke arah paham Mu’tazilah.

2. Sekte Bukhara.
Golongan Bukhara ini dipimpin oleh Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi. Dia merupakan pengikut al-Maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya. Sekte Bukhara ialah pengikut-pengikut al-Bazdawi di dalam aliran al-Maturidiyah, yang mempunyai pendapat lebih bersahabat kepada pendapatpendapat al-Asy’ary

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pengertian aliran Maturidiyah, kepercayaan Ajaran dan sekte Aliran Maturidiyah. Sumber Buku Ilmu Kalam Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

0 Response to "Pengertian Aliran Maturidiyah, Iktikad Pedoman Dan Sekte Aliran Maturidiyah"

Total Pageviews